SBY: Serangan LP Sleman Ancam Rasa Aman Publik

SBY: Serangan LP Sleman Ancam Rasa Aman Publik  
Presiden SBY (kiri) didampingi ajudannya, di Istana Negara. TEMPO/Subekti

Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan, pembunuhan brutal terhadap empat tahanan Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, sebagai serangan langsung terhadap kewibawaan negara. Bahkan ia beranggapan serbuan itu berdampak ancaman serius terhadap rasa aman publik.

"Kata Presiden, serangan ke LP Sleman telah memporakporandakan kepercayaan umum terhadap supremasi hukum Republik ini," ujar Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik, Daniel Sparringa, dalam keterangan tertulis, Selasa, 26 Maret 2013.

Agar kewibawaan negara dan kepercayaan masyarakat terhadap hukum segera pulih, kata Daniel, Presiden memerintahkan TNI membantu Kepolisian RI mengungkap pelaku penyerbuan. (Baca juga: Asal-usul Peluru di Penjara Cebongan Sleman dan Drama 14 Jam Serangan Penjara Cebongan Sleman)

"Presiden menyuruh jajaran TNI membantu pengungkapan identitas pelaku penyerbuan," kata Daniel. "Dan Kapolri diperintahkan melakukan semua tindakan yang mungkin guna mengungkap pelaku serta mengadilinya di depan hukum."

Sekelompok orang bersenjata api laras panjang, pistol, dan granat datang menyerang penjara Cebongan, Sabtu dinihari, 23 Maret 2013. Sekitar 17 orang menerobos penjara Cebongan dan memberondong empat tahanan di sel 5A. Empat tahanan itu adalah Hendrik Angel Sahetapy alias Deki, Adrianus Candra Galaga, Yohanes Juan Mambait, dan Gameliel Yermiayanto Rohi Riwu. Mereka adalah tersangka penusukan Sersan Satu Santoso, anggota Komando Pasukan Khusus, di Hugo's Cafe, 19 Maret 2013.

Kata Haris Azhar, Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan, jumlah penyerang memang 17 orang. Tapi penembakan dilakukan satu eksekutor. "Ini seperti operasi buntut kuda," kata Haris. "Yang menerobos banyak, semakin dekat dengan sasaran, jumlah orangnya semakin dikit." Cek info penyerangan profesional penjara Cebongan, Sleman, di sini.

CORNILA DESYANA | ANANDA BADUDU

Sumber : tempo.co